Sabtu, 15 Oktober 2016

Tugas Bahasa Indonesia Teks sejarah


Susanti Ningsih Sang Kartini Keluarga

            Susanti Ningsih, ibu dari tiga anak ini merupakan sosok yang tangguh dan mandiri. Terlahir dalam keluarga yang kurang mampu membuat beliau terlatih hidup sederhana. Berkat kesederhanaannya beliau mampu memperbaiki kehidupan keluarganya. Sosok beliau pantas menjadi panutan ketiga anaknya.
            Susanti Ningsih lahir pada 3 Mei 1971 di sebuah desa kecil bernama Donorojo. Beliau merupakan anak kelima dari delapan bersaudara,hasil pernikahan Suisnen Mardijanto dan Suyati. Dari delapan anak tersebut hanya ada satu anak laki-laki yang merupakan anak pertama dari pasangan Suisnen dan Suyati.
            Sebelum masuk ke sekolah dasar Susanti pernah menderita sakit-sakitan yang tidak kunjung sembuh. Akibatnya nama Susanti pernah diubah menjadi Triwis yang bermakna tumbuh. Hal tersebut dilakukan dengan harapan beliau dapat sembuh dan tumbuh besar. Setelah beliau sembuh dari sakitnya, beliau masuk sekolah dasar di SDN Ngadirejo. Sekolah tempat beliau menuntut ilmu tersebut cukup jauh dari desa tempat tinggalnya, sehingga beliau harus berjalan kira-kira 1,5 km dan berangkat lebih pagi dari kebanyakan teman yang rumahnya lebih dekat dari sekolahnya. Masa kecil Susanti tidaklah sebahagia anak-anak lain sepantarannya karena keluarganya merupakan keluarga petani, beliau harus membantu kedua orang tuanya setiap hari. Beliau selalu membantu orang tuanya baik dalam mencari uang maupun menjaga adik-adiknya. Beliau merupakan anak yang paling disayang kedua orang tuanya karena kesregepannya dalam membantu orang tuanya. Hampir setiap hari beliau harus mengambil air bersih untuk minum keluargannya di sungai, memanen Kapulaga,dan menggiring bebek-bebek milik ayahnya. Beliau lulus sekolah dasar pada tahun 1985.
            Susanti pun melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya yaitu sekolah menengah pertama di SMP Bhina Putra,Tegelrejo. Smp tersebut termasuk sekolah yang populer dan memiliki predikat bagus pada masa itu. Perjuangan Susanti untuk tetap bersekolah sangat sulit, sampai-sampai beliau harus berjalan sejauh 4 km untuk sampai di sekolahnya tersebut. Beliau terkadang harus membawa Telur Bebek bukan uang saku karena orang tuanya sedang tidak memiliki uang. Akhirnya beliau lulus smp pada 1988.
            Lulus dari SMP Bhina Putra Susanti melanjutkan sekolah di SMA Islam Secang. Jaraknya tentu lebih jauh dari sekolah sebelumnya. Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat beliau tetap besekolah dan belajar dengan baik. Di sma beliau termasuk siswi yang memiliki nilai terbaik dalam bidang olahraga, tubuhnya yang altletis mendukung kemampuan beliau dalam bidang olahraga. Akhirnya beliau lulus sma pada tahun 1991.

            Setelah lulus beliau berniat untuk melanjutkan sekolah untuk menjadi guru olahraga. Namun, karena larangan ayahnya, akhirnya beliau memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbekal uang seadanya dan ijazah beliau melalang buana mencari asa di Jakarta. Beliau pernah bekerja dibeberapa pabrik di bidang quality checking, mulai dari pabrik sepatu,tas, hingga sarung tangan.
            Dua tahun beliau merantau, akhirnya Susanti bertemu seorang pria bernama Amanto,seorang perantau yang berasal dari Lampung. Pria tersebut kerap membantu dan memperhatikan Suanti. Sifat kalem dan pendiam yang dimiliki Amanto membuat Susanti jatuh hati kepadanya. Akhirnya mereka menikah pada 1993 dan dikaruniai tiga anak dimana ketiganya berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah M. Andri Febtianto, Ammar Galih Prakasa, Adimas Galih Hermawan. Susanti sangat memperhatikan pendidikan ketiga anaknya, sampai-sampai beliau rela meminjam motor tetangga demi mengantarkan anak-anaknya ke sekolah apabila motornya sedang dipakai suaminya. Beliau sangat menyayangi dan mencintai anak-anaknya.
            Kini Susanti hidup bahagia bersama keluarga kecilnya di rumah kecil yang berhasil beliau bangun dengan kerja keras dan susah payah bersama suaminya.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar