Jumat, 30 Desember 2016

UJIAN PRAKTIK MENULIS CERPEN



DUO RUMPI


            Sabtu pagi, di MTs Negeri 1 Kota Magelang. Jam pertama adalah mata pelajaran yang diajar oleh Bapak Sutejo, seorang guru Prakarya. Bapak Sutejo terkenal humoris dan sangat penyabar. Namun, berparas garang dan berpandangan tajam. Ya saking humorisnya terkadang beliau sering lupa mengajar dan malah bercanda dengan para murid. Pagi itu seperti biasa Pak Sutejo masuk ke kelas dengan menenteng tas ransel lusuh namun bermerk cukup terkenal, memakai seragam rapi, dan membawa laptop di tangan kirinya. Suasana di kelas yang ramai bagai pasar pun sekejap menjadi sepi layaknya sebuah kuburan. Ternyata wajah Pak Sutejo tidak ceria.  Ia terlihat muram. Murid-murid yang biasanya menyapa Pak Sutejo dengan candaan tiba-tiba terdiam dan mematung mununggu Pak Sutejo berbicara. Suasana sangat tegang.
          “Anak-anak kenapa pada bengong la? “sapa Pak Sutejo kepada murid-muridnya dengan logat yang dibuat-buat.
          Terlihat seorang gadis berparas cantik nan imut duduk di bangku paling belakang yang menahan tawa sampai ....
          “Tak pa lah cikgu,sahut salah satu murid dalam kelas itu.
Gadis itu tertawa ngakak. Suaranya khas. Suara itu yang kadang membuat teman-teman dan gurunya senewen. “Ah, dulu ibumu ngidam burung kutilang, ya, “tanya gurunya.
“Wow, enak saja Bapak bilang, nggak Pak. Yang bener burung kuntul, “ timpal Shira sambil meringkikkan tertawa khasnya.
Sontak satu kelas tertawa karena ucapan sang gadis yang lucu. Suasana menjadi cair dan tidak tegang lagi. Lalu Pak Sutejo melanjutkan candaan tadi. “Pantesan muka kamu mirip burung kuntul, “lanjut Pak Sutejo.
Waduh,Bapak kalo ngomong suka bener, “sahut Shira seraya menutup mukanya dengan buku karena menahan rasa malu.
Satu kelas langsung tertawa terbahak-bahak mendengar percakapan Shira dan Pak Sutejo. Beberapa saat kemudian Pak Sutejo meminta para siswa mengerjakan tugas yang ada di buku paket karena Pak Sutejo mendapat panggilan dari staf sekolah. Ketika Pak Sutejo pergi, para siswa seperti biasa apabila diberi tugas bukannya mengerjakan malah ngerumpi sendiri-sendiri. Nah, begitu juga dengan teman sebangku Shira, Ani. “Shir, emang ibumu beneran ngidam burung kuntul? “ tanya Ani kepada Shira dengan wajah yang sangat kepo.
“Ya ampun Ani, kamu kok ya ga mudeng nek itu bercanda to ya ya, “jawab Shira sedikit geli dengan tingkah Ani.
“Owalah, ya maaf Shir aku lagi ga fokus ni, “lanjut Ani.
Obrolan Shira dan Ani memanjang sampai kemana-mana dan melupakan tugas yang diberi oleh Pak Sutejo. Mereka membicarakan banyak hal hingga tiba-tiba Pak Sutejo masuk kelas dan meminta semua buku tugas untuk dikumpulkan karena jam sudah menunjukkan pukul 09.10 WIB artinya lima menit lagi bell istirahat akan berbunyi. “Anak-anak bukunya dibawa kedepan! “Perintah Pak Sutejo.
“Waduh iki piye Shir kita belum ngerjain lagi? “kata Ani panik dengan bahasa yang campur-campur.
“Wah, mending kita bilang ke Pak Sutejo aja yuk? “ajak Shira.
“Oke, tapi aku takut Shir. Beneran takut ini.”
“Alah udah gapapa lagian Pak Sutejo kan baik orangnya, tenang aja! “ujar Shira.
Lalu mereka berdua maju ke depan dengan perasaan campur aduk antara takut dan malu. “Tentunya Pak Sutejo yang humoris dan penyabar akan memaafkan aku dan Ani, “kata Shira dalam hati. Namun meskipun demikian dalam hatinya, Shira tetap merasa takut dan gugup untuk mengatakan apa yang terjadi pada Pak Sutejo.
Tinggal beberapa langkah lagi dari meja guru yang kini sedang digunakan Pak Sutejo untuk menghitung jumlah buku tugas murid-muridnya. Pak Sutejo terlihat agak terburu-buru karena beliau mendapat tugas dari sekolah untuk mengikuti seminar.
“Pak, kami mau minta maaf, “ucap Shira dengan menundukkan kepalanya, karena takut.
Kenapa cah? “tanyaPak Sutejo. “Ah saya tahu pasti kalian tidak mengerjakan tugas lagi karena keasyikan ngobrol kan? Ya kan? “tebak Pak Sutejo, dengan nada genit.
“I i i i iya Pak! “sahut Ani terbata-bata karena sangat gugup. Takut jika akan diberi sanksi yang berat.
Ternyata ini bukan kali pertamanya Ani dan Shira melalaikan tugas Pak Sutejo. Namun, Pak Sutejo selalu memaafkan mereka. Ya, tentu saja dengan memberi hadiah tugas tambahan. “Semoga cuma diberi tugas tambahan lagi, “ucap Shira dalam hati.
“Walahh Nduk,Nduk, makanya kalau mau ngobrol dikasih timer biar nggak kebablasan! “timpal Pak Sutejo. Kedua murid lugu itu tidak bisa menjawab apalagi tertawa meskipun Pak Sutejo bercanda. Kedua siswi centil ini kini benar-benar tak berkutik. Mati kutu!
“Pak terus gimana? “tanya Shira sambil memainkan dasi yang dipakainya. “Iya Pak gimana? “sahut Ani.
“Yasudah, kalian kerjakan dirumah ditambah tugas di buku paket halaman selanjutnya! “suruh Pak Sutejo sambil menata barang-barangnya yang masih di meja.
“Alhamdulillah, untung cuma seperti biasanya, “ ujar keduanya dalam hati.
Namun, ketika akan kembali ke tempat duduk mereka tiba-tiba, “Eh Nduk sekalian nanti istirahat kelas disapu ya! “ujar Pak Sutejo.
Shira dan Ani pun berbalik sambil mengangguk. “Iyaaaaaa Pak! “ dengan nada sedikit kesal.
Teman-teman sekelas segera mengejek mereka berdua setelah Pak Sutejo keluar dari kelas.
“Ahahaha dasar biang rumpi kalo udah ngerumpi gak bisa berhenti, “ujar salah satu anak sambil menjulurkan lidahnya.
“Biarin, “ucap Shira dengan memalingkan wajah dari anak tadi.
Tet tet teeeeeeeeet bell istirahat pun akhirnya berbunyi. Seluruh siswa meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin dan beberapa pergi ke perpustakaan. Namun, tidak dengan Shira dan Ani.Mereka berdua tetap tinggal dikelas untuk melaksanakan tugas dari Pak Sutejo yaitu menyapu kelas.
“Yaila, aku kira cuma tugas tambahan tenyata suruh nyapu kelas juga idih males banget, “kata Shira memulai percapakan dengan Ani.
“Udah lah Shir kita kerjain aja daripada ditambah lagi tugasnya, “pinta Ani dengan nada halus.
Mereka pun menyapu kelas dengan hati sedikit tidak ikhlas karena mereka jadi tidak bisa jajan. Sambil menyapu mereka menyanyikan lagu kesukaan mereka berdua berjudul goyang dumang milik Cita Citata, artis kesukaan mereka. Tiba-tiba Pak Sutejo datang. “Sing resik yo Nduk! “ timpal Pak Sutejo.
“Aaaaaah PAK SUTEJO!!!!! “teriak keduanya kesal. Namun Pak Sutejo sudah melanjutkan perjalanan.
Hingga akhirnya Shira dan Ani selesai menyapu. Selang beberapa saat bell masuk sudah berbunyi. Dengan menggerutu, mereka kembali ke kelas dan duduk di bangku mereka untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar