DUO RUMPI
Sabtu pagi, di MTs
Negeri 1 Kota Magelang. Jam pertama adalah mata pelajaran yang diajar oleh
Bapak Sutejo, seorang guru Prakarya. Bapak Sutejo terkenal humoris dan sangat penyabar. Namun, berparas garang dan berpandangan tajam. Ya
saking humorisnya terkadang beliau sering lupa mengajar dan malah bercanda
dengan para murid. Pagi itu seperti biasa Pak Sutejo masuk ke kelas dengan
menenteng tas ransel lusuh namun bermerk cukup terkenal, memakai seragam rapi,
dan membawa laptop di tangan kirinya. Suasana di kelas yang ramai bagai pasar
pun sekejap menjadi sepi layaknya sebuah kuburan. Ternyata wajah Pak Sutejo
tidak ceria. Ia terlihat muram. Murid-murid yang
biasanya menyapa Pak Sutejo dengan candaan tiba-tiba terdiam dan mematung
mununggu Pak Sutejo berbicara. Suasana sangat tegang.
“Anak-anak
kenapa pada bengong la? “sapa Pak Sutejo kepada murid-muridnya dengan logat yang dibuat-buat.
Terlihat
seorang gadis berparas cantik nan imut duduk di bangku paling belakang yang
menahan tawa sampai ....
“Tak
pa lah cikgu, “sahut salah satu murid
dalam kelas itu.
Gadis itu tertawa
ngakak. Suaranya khas. Suara itu yang kadang membuat teman-teman dan gurunya
senewen. “Ah, dulu ibumu ngidam burung kutilang, ya, “tanya gurunya.
“Wow, enak saja Bapak
bilang, nggak Pak. Yang bener burung kuntul, “ timpal Shira sambil meringkikkan
tertawa khasnya.
Sontak satu kelas
tertawa karena ucapan sang gadis yang lucu. Suasana menjadi cair dan tidak
tegang lagi. Lalu Pak Sutejo melanjutkan candaan tadi. “Pantesan muka kamu
mirip burung kuntul, “lanjut Pak Sutejo.
“Waduh,Bapak kalo ngomong suka
bener, “sahut Shira seraya menutup mukanya dengan buku karena menahan rasa
malu.
Satu kelas langsung
tertawa terbahak-bahak mendengar percakapan Shira dan Pak Sutejo. Beberapa saat
kemudian Pak Sutejo meminta para siswa mengerjakan tugas yang ada di buku paket
karena Pak Sutejo mendapat panggilan dari staf sekolah. Ketika Pak Sutejo pergi, para siswa seperti
biasa apabila diberi tugas bukannya mengerjakan malah ngerumpi sendiri-sendiri.
Nah, begitu juga dengan teman sebangku Shira, Ani. “Shir, emang ibumu beneran
ngidam burung kuntul? “ tanya Ani kepada Shira dengan wajah yang sangat kepo.
“Ya ampun Ani, kamu
kok ya ga mudeng nek itu bercanda to ya ya, “jawab Shira sedikit geli dengan
tingkah Ani.
“Owalah, ya maaf Shir
aku lagi ga fokus ni, “lanjut Ani.
Obrolan Shira dan Ani
memanjang sampai kemana-mana dan melupakan tugas yang diberi oleh Pak Sutejo.
Mereka membicarakan banyak hal hingga tiba-tiba Pak Sutejo masuk kelas dan
meminta semua buku tugas untuk dikumpulkan karena jam sudah menunjukkan pukul
09.10 WIB artinya lima menit lagi bell istirahat
akan berbunyi. “Anak-anak bukunya dibawa kedepan! “Perintah Pak Sutejo.
“Waduh iki piye Shir
kita belum ngerjain lagi? “kata Ani panik dengan bahasa yang campur-campur.
“Wah, mending kita
bilang ke Pak Sutejo aja yuk? “ajak Shira.
“Oke, tapi aku takut
Shir. Beneran takut ini.”
“Alah udah gapapa
lagian Pak Sutejo kan baik orangnya, tenang aja! “ujar Shira.
Lalu mereka berdua maju
ke depan dengan perasaan campur aduk antara takut dan malu. “Tentunya Pak
Sutejo yang humoris dan penyabar akan memaafkan aku dan Ani, “kata Shira dalam
hati. Namun meskipun demikian dalam hatinya, Shira tetap merasa takut dan gugup
untuk mengatakan apa yang terjadi pada Pak Sutejo.
Tinggal beberapa
langkah lagi dari meja guru yang kini sedang digunakan Pak Sutejo untuk
menghitung jumlah buku tugas murid-muridnya. Pak Sutejo terlihat agak
terburu-buru karena beliau mendapat tugas dari sekolah untuk mengikuti seminar.
“Pak, kami mau minta
maaf, “ucap Shira dengan menundukkan kepalanya, karena takut.
“Kenapa cah? “tanyaPak Sutejo. “Ah saya
tahu pasti kalian tidak
mengerjakan tugas lagi karena keasyikan ngobrol kan? Ya kan? “tebak Pak Sutejo,
dengan nada genit.
“I i i i iya Pak!
“sahut Ani terbata-bata karena sangat gugup. Takut jika akan diberi sanksi yang
berat.
Ternyata ini bukan
kali pertamanya Ani dan Shira melalaikan tugas Pak Sutejo. Namun, Pak Sutejo selalu
memaafkan mereka. Ya,
tentu saja dengan memberi hadiah tugas tambahan. “Semoga cuma diberi tugas tambahan lagi, “ucap Shira dalam
hati.
“Walahh Nduk,Nduk, makanya kalau mau
ngobrol dikasih timer biar nggak kebablasan! “timpal
Pak Sutejo. Kedua murid lugu itu tidak bisa menjawab apalagi tertawa meskipun
Pak Sutejo bercanda. Kedua siswi centil ini kini benar-benar tak berkutik. Mati
kutu!
“Pak terus gimana?
“tanya Shira sambil memainkan dasi yang dipakainya. “Iya Pak gimana? “sahut
Ani.
“Yasudah, kalian
kerjakan dirumah ditambah tugas di buku paket halaman selanjutnya! “suruh Pak
Sutejo sambil menata barang-barangnya yang masih di meja.
“Alhamdulillah, untung
cuma seperti biasanya, “ ujar keduanya dalam hati.
Namun, ketika akan
kembali ke tempat duduk mereka tiba-tiba, “Eh Nduk sekalian nanti istirahat kelas
disapu ya! “ujar Pak Sutejo.
Shira dan Ani pun
berbalik sambil mengangguk. “Iyaaaaaa Pak! “ dengan nada sedikit kesal.
Teman-teman sekelas
segera mengejek mereka berdua setelah Pak Sutejo keluar dari kelas.
“Ahahaha dasar biang
rumpi kalo udah ngerumpi gak bisa berhenti, “ujar salah satu anak sambil menjulurkan lidahnya.
“Biarin, “ucap Shira
dengan memalingkan wajah dari anak tadi.
Tet tet teeeeeeeeet bell istirahat pun akhirnya berbunyi. Seluruh siswa
meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin dan beberapa pergi ke perpustakaan.
Namun, tidak dengan Shira
dan Ani.Mereka berdua tetap
tinggal dikelas untuk melaksanakan tugas dari Pak Sutejo yaitu menyapu kelas.
“Yaila, aku kira cuma
tugas tambahan tenyata suruh nyapu kelas juga idih males banget, “kata Shira
memulai percapakan dengan Ani.
“Udah lah Shir kita
kerjain aja daripada ditambah lagi tugasnya, “pinta Ani dengan nada halus.
Mereka pun menyapu
kelas dengan hati sedikit tidak ikhlas karena mereka jadi tidak bisa jajan.
Sambil menyapu mereka menyanyikan lagu kesukaan mereka berdua berjudul goyang dumang milik Cita Citata,
artis kesukaan mereka. Tiba-tiba Pak Sutejo datang. “Sing resik yo Nduk! “ timpal Pak Sutejo.
“Aaaaaah PAK
SUTEJO!!!!! “teriak keduanya kesal. Namun Pak Sutejo sudah melanjutkan
perjalanan.